Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bukti Janji yang Menyesatkan

Cover Cerpen Bukti Janji yang Menyesatkan
Cover Cerpen Bukti Janji yang Menyesatkan

Di siang hari yang penuh dengan debu, berdirilah seorang gadis di pinggir jalan dengan rambut lembut dan terurai. Dibalut baju berwarna merah marun dan menyangklong sebuah tas sederhana berwarna hitam.

Gadis itu hanya diam dan sesekali menengok kanan dan kiri seperti menunggu seseorang. Sudah cukup lama ia menunggu di jalan yang lumayan ramai dan penuh dengan debu berterbangan.

Penantiannya pun selesai setelah datang seorang pria memakai masker dan kacamata yang serba berwarna hitam dengan motor besar yang juga warna hitam. Pria itupun membuka kacamatanya dan terlihat pancaran mata sang gadis menjadi bahagia karena bisa melihat kekasihnya lagi.

Sang pria pun menjulurkan tangan kanannya kepada sang gadis. Dengan sigap, sang gadis menjabat tangan pria itu dan tak lupa menciumnya dengan mestra.

Dengan masih tertunduk mencium tangan sang pria, tiba-tiba terdengar suara tembakan.

Dorrr

Burung-burung di atas pohon pun berterbangan dan beberapa orang yang mendengar suara tembakan itupun kaget termasuk juga gadis itu. Terlihat tangan kiri pria itu memegang sepucuk senjata api yang mengarah ke perut kiri sang gadis.

Gadis itu coba memandang sang pria dengan wajah kaget dan bingung, namun tangan yang sedang dijabat oleh gadis itu ditarik dengan kasarnya. Dan pria itupun mendorong sang gadis hingga jatuh terduduk.

Pria itu berusaha kabur, namun ada beberapa orang yang coba menghalangi dan berusaha menangkapnya. Walapun sempat berkelahi tapi pria itu berhasil kabur dengan motor besarnya. Dan hanya meninggalkan sebuah masker yang sobek.

Beberapa orang yang gagal menghalangi pria itu, melapor kejadian tersebut ke kantor polisi dengan membawa catatan nomor polisi motor yang di pakai pria pelaku penembakan itu.

Di sisi lain gadis berambut panjang itu hanya bisa menangis tersedu-sedu di pinggir jalan dengan kepala yang tertunduk dan rambut yang menutupi wajahnya.

Layla nama gadis itu, ia menangis histeris sambil memegang perut sebelah kiri yang berlumuran darah membasahi bajunya yang bersih berwarana merah marun itu.

Tak disangka pria yang bernama Reno itu tega menembak Layla kekasihnya sendiri. Layla pun hanya bisa menangis dengan perasaannya yang hancur.

Layla merasakan luka yang sangat-sangat menyakitkan di perut dan juga di hatinya.

Hingga akhirnya Layla sampai di rumah sakit dan ia pun tatap menangis tanpa henti. Orang-orang yang menolongnya pun hanya bingung melihat Layla yang terus menangis padahal luka karena timah panas yang berada di perutnya itu sudah diberi obat penghilang rasa sakit.

Teringat kenangan-kenangan yang ia lewati bersama kekasihnya itu, namun semuanya hancur berkeping-keping karena luka yang terdapat di perutnya itu.

Teringatlah sebuah janji dari sang Reno untuk dirinya.

Mana mungkin aku melukaimu dengan tanganku. Aku tak akan melukai dirimu sedikit pun…tidak akan pernah.” Janji yang teringat oleh Layla.

Mas Reno bohong, mas Reno bohong, mas Reno bohong.” Jerit Layla sambil menangis mengingat janji kekasih yang menembaknya itu.

Tenanglah bu…ibu butuh istirahat agar luka di perut ibu tidak menjadi lebih parah. Dan juga agar janin ibu selamat.” Ujar perawat yang sedang membersihkan darah diluka Layla.

Ya…satu-satunya hal yang membuat resah Layla adalah mengapa Reno mau dan berani mencoba membunuh calon bayinya sendiri yang sedang Layla kandung.

Padahal sebelumnya mereka telah saling berjanji bahwa setelah menikah nanti mereka akan mengurus anak yang Layla kandung itu bersama-sama.

Sambil tergeletak di kasur rumah sakit dengan rambut yang terurai di bantal dan dengan tangisnya yang mulai mereda, akhirnya Layla pun tertidur.

Tak beberapa lama, Layla pun kembali terbangun. Dia pun kembali meneruskan tangisannya.

Dia masih tidak percaya Reno mau melakukan hal seperti itu padanya. Karena selama ini Reno lah orang yang sangat-sangat ia percayai dan paling sayang padanya.

Tok tok tok” terdengar orang mengetuk pintu ruangan pasien yang Layla tempati, masuklah 2 orang bapak-bapak, salah satu dari mereka yaitu seorang yang berusaha menangkap Reno saat berusaha kabur dan bersama seorang polisi berbadan tegap.

Dua orang itu hanya ingin meminta keterangan dari Layla.

Maaf ibu Layla kedatangan kami mengganggu anda, kami kemari hanya ingin memberi informasi bahwa pelaku penembakan terhadap ibu sudah kami tangkap dan sudah kami amankan. Dan juga kami akan sedikit meminta keterangan kepada ibu untuk menangani kasus ini.” jelas sang polisi kepada Layla.

Berdasarkan keterangan dari pelaku, apakah benar ibu Layla ini kekasih dari pelaku yang bernama Reno?” tanya sang polisi kepada Layla.

i..i..iya pak” jawab Layla terbata-bata karena sambil menangis.

Pelaku juga terbukti mengkonsumi narkoba.” Tambah sang polisi.

Tapi pak polisi, Reno itu bukan pengonsumsi narkoba, saya kenal dia.” Layla pun membantah perkataan pak polisi itu sambil menangis.

Setelah cukup lama pemeriksaan berlangsung terhadap Layla, dirinya pun mengajukan sebuah permintaan kepada bapak polisi itu.

“Pak bolehkah saya bertemu dengan Reno? ” tanya Layla dengan nada sedikit ragu.

Ibu bisa menemui saudara Reno atau pelaku, setelah ibu sudah dalam keadaan membaik. Ibu bisa datang langsung ke kantor polisi untuk menemuinya.” Pesan sang polisi kepada Layla dan kedua pria itu pun meninggalkan Layla.

Satu minggu pun berlalu, dengan luka yang masih terasa sakit, Layla datang ke kantor polisi. Layla hanya ingin dipertemukan dengan pelaku penembakan terhadap dirinya yaitu Reno kekasihnya
sendiri.

Layla pun diminta untuk menunggu di ruangan khusus. Tak lama polisi pun membawa seorang pria yaitu sang tersangka penembakan ke hadapan Layla sang korban.

Namun, saat dipertemukan dengan Reno, Layla malah menjadi bingung ia malah membantah bahwa orang yang dipertemukan kepadanya itu bukanlah Reno.

Polisi pun menjelaskan kepada Layla bahwa pria yang ada dihadapannya itu adalah tersangka penambakan terhadap dirinya. Dan nama dari pria itu adalah Reno berdasarkan identitas yang pria itu bawa dan berdasarkan pemeriksaan polisi.

Dia bukan Reno pak, saya kenal Reno dan Reno juga tidak mengkonsumsi narkoba.” Tegas Layla kepada polisi.

Siapa kamu? Berani-beraninya mengaku sebagai Reno dan berusaha membunuh janinku.” Tanya Layla kepada pria yang menjadi tersangka itu sambil meneteskan air mata.

Akhirnya pria itu angkat bicara.

Saya hanya pecandu narkoba, saya akan melakukan apapun perintah dari orang yang mampu membayar saya. Ya… saya hanya disuruh menyamar sebagai Reno dan diperintah untuk menembak janin yang sedang mbk kandung.” Pengakuan sang pelaku, sontak membuat semua terkaget temasuk juga polisi yang berhasil di kelabui oleh pelaku penembakan itu.

Siapa yang menyuruhmu untuk melakukan semua ini?” tanya Layla dengan membentak dan semakin deras meneteskan air mata.

Dia sendiri!!! Reno…Reno sendiri yang memerintahkannya hahah.” Jawab pria pecandu narkoba itu sambil tertawa.

Polisi pun segera membekuk dan membawanya pergi dari hadapan Layla.

Satu lagi, Reno berpesan bahwa dia tidak akan mengingkari janjinya. Dia tidak akan melukai dirimu sedikit pun dengan tangannya tapi dengan tangan orang lain.” Ucap pria itu sambil tertawa dan diseret oleh polisi untuk di masukan kembali ke penjara.

Mendengarkan hal itu, Layla tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain menangis. Hancur sehancur-hancur hatinya seolah hidupnya di dunia selama ini hanya ditipu oleh sebuah janji.

Kekecewaan dalam hati Layla hanya menimbulkan penyesalan yang mendalam.

Dan janin yang ada di kandungannya adalah bukti janji yang menyesatkan.

Posting Komentar untuk "Bukti Janji yang Menyesatkan"