Luasnya Makna Lampu di Sudut Jalan
“Gubrakkkk…..!!!” tiba-tiba Andi seorang pengendara motor terkapar lemas dan tak berdaya di sisi jalan.
Dia terjatuh dan terpisah dari motornya hingga 7 meter. Matanya masih terlihat sayup-sayup, dia hanya bisa melihat kerumunan kaki mendekati dirinya yang tak mampu berbuat apa-apa… hingga akhirnya dia pun terlelap.
Andi tersadar dengan rasa sakit di kepalanya, dia pun mencoba membuka matanya. Namun, dia sulit untuk melakukannya.
Kelopak matanya seolah tak menurut lagi dengan keinginannya untuk membuka mata.
“Tenangkan diri anda pak, saat ini anda butuh banyak istirahat…” ujar dokter sambil membenahi kepala Andi yang tergeser dari bantalnya.
Tak banyak yang bisa Andi ingat, namun satu yang pasti dia ingat, gadis kecil dan seorang kekasih yang sudah menunggunya di rumah.
Dia pun berusaha lagi membuka kedua matanya.
Ya… usahanya kali ini berhasil, namun semua yang dia pandang terlihat buram dan rasa sakit di kepalanya yang semakin menjadi.
“Aaaa…..sakittt sekali….” keluh Andi sambil memegang kepalanya yang di perban.
“Tenanglah mas… anda sedang terluka parah karena kecelakaan” dokter kembali mengingatkannya.
“Kecelakaan… “ ujar Andi sambil meringis kesakitan dan kembali terpejam.
Dia pun teringat, saat dia melaju kencang dengan motornya walaupun dia melihat bahwa lampu merah masih menyala.
Dia pun teringat, bagaimana kelakson mobil besar berbunyi keras dan mobil tersebut mendekat kearahnya dengan cepat, lalu menabrak dirinya hingga membuatnya terlempar dan terpisah dengan motornya.
Iya pun kembali mengingat kerumunan kaki yang mendekat padanya.
Setelah mengingat apa yang terjadi padanya tangannya gemetar hebat.
Air matanya menetes dan membasahi perban di tangannya itu
“Apakah aku masih hidup…?” tanyanya entah pada siapa.
Terlintas di ingatannya, setiap hari ia di sambut gembira ketika pulang kerja oleh anak perempuannya yang masih berusia 4 tahun dan seorang istri setia nan cantik yang sangat dia sayangi.
Penyesalan seolah sedang mencekiknya.
Luka-luka di kepala, tubuh, tangan, dan kaki seolah meneriaki dan menjerit padanya.
“Kenapa….? kenapa….? kenapa….? kau mengabaikan lampu kecil di sudut jalan yang berwarna merah itu”
Dia pun kembali teringat nasihat seorang polisi yang menilangnya minggu lalu karena dia menerobos lampu merah.
“Bapak ini tidak punya keluarga atau tidak sayang keluarga. Kalau bapak mengalami hal yang tidak diinginkan bagaimana…? Sayangilah keluarga bapak dengan menjaga keselamatan diri bapak sendiri, kalau bapak menjaga diri sendiri saja tidak bisa bagaimana bapak akan menjaga mereka…?” nasihat pak polisi sambil menulis di kertas tilang.
Dadanya pun semakin sesak dengan mengingat nasihat pak polisi itu.
Seolah semua catatan pelanggaran miliknya sedang di bacakan oleh rasa sakit yang dia rasakan.
Isak tangis Andi pun semakin menjadi ketika terdengar suara seorang gadis kecil.
“Ayahhh…. “ teriak anak perempuannya yang datang dengan bingung melihat ayahnya terkapar di kasur dengan kepala di perban hingga menutupi satu matanya.
“Mas…. kenapa bisa begini….?” tanya sang istri sambil menangis dan langsung memegang erat tangan kanannya yang pucat dan dingin itu.
Saat itu perasaan yang Andi rasakan campur aduk. Sedih, sesal, sakit dan syukur.
Ya… Andi sangat sangat bersyukur masih di beri kesempatan untuk hidup dan masih bisa memeluk orang-orang yang dia sayangi.
Karena tidak semua penerobos lampu penuh makna itu seberuntung Andi.
Posting Komentar untuk "Luasnya Makna Lampu di Sudut Jalan"