Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kebenaran Sang Gadis Desa

Cover Cerpen Kebenaran Sang Gadis Desa
Cover Cerpen Kebenaran Sang Gadis Desa

Terlihat seorang pemuda yang berusaha nyaman untuk tidur di sebuah sofa. Pemuda tampan berkumis tipis itu sedang bermalas-malasan. Karena ia baru saja melakukan perjalanan jauh dari kota ke desa. Bersama rombongan keluarga kecilnya. Ia berlibur ke kediaman bibinya yaitu adik perempuan dari ayahnya.

Merasa lelah adalah hal pasti, karena perjalanan dari kota ke desa membutuhkan banyak energi. Ya, walaupun menaiki mobil tetep saja sangat melelahkan.

EPISODE 1 “ITUKAH GADIS DESA”

Di sebuah desa yang sangat jauh dari hingar bingar suasana bising kota. Edo hanya berdiam diri dan menunjukan wajah kusutnya yang menandakan perasaanya sadang kesal di pagi yang cerah itu.

Entah hal apa yang membuatnya menjadi kesal jika pergi ke desa, tapi satu hal yang jelas menjadi masalah bagi Edo yaitu tidak adanya sinyal di desa.

Ya, itulah satu-satunya masalah besar yang sedang dihadapi Edo. Ia terlihat seperti orang bingung jika tiada sinyal untuk hp ataupun laptop miliknya.

Tentu saja menjadi masalah besar bagi Edo karena ia adalah pemuda yang sangat aktif di media sosial. Dia akan merasa tertinggal jika ia tak membuka akun media sosialnya.

Dirumah bibinya Edo hanya duduk dan tiduran saja tanpa ada kegiatan yang bisa ia lakukan.

Edo, kamu nggak mau jalan-jalan keliling desa.” Tawar sang bibi sambil tersenyum.

Emang di desa ada apaan Bi?” Tanya Edo sambil memajukan bibir bawahnya.  “Palingan cuman pemandangan doangkan. Kalau cuma pemandangan, di taman kotaku juga bagus tamannya. Malah lebih indah dengan gadis-gadis cantiknya.” Ujar Edo.

Masa sih?” tanya bibi sambil menurunkan satu alisnya. “Kalau di sini, soal gadis cantik nggak kalah loh, Do.”  Ujar bibi dengan nada menggoda.

Tetep kalah cantiklah sama yang di kota, gadis kota jelas lebih pinter make upnya.” Tegas Edo menyakinkan sang bibi bahwa gadis kota lebih cantik dari gadis desa.

Aduhh… aduh… gadis kota musti make up dulu buat cantik. Kalah dong sama gadis desa yang cantik tanpa harus pake makup.”  Jelas sang bibi.

” Edo hanya terdiam mendengar pendapat sang bibi.

Edo pun berusaha bangkit dari posisi duduknya. Dan dia keluar menuju halaman rumah sang bibi yang penuh dengan bunga.

Edo mau ke mana?” Tanya bibi dengan nada agak bertriak dan kepo.

Mau lihat-lihat bunga di sekeliling desa!”. Ucap Edo balas bertriak kepada bibinya dari kejauhan.

Ngapain keliling desa, lagian bibi sudah koleksi semua bunga yang ada di desa ini.” Ucap bibi yang menyusul ke depan pintu rumah dan melihat Edo mulai berjalan ke jalan desa.

Di tempat bibi sempit tamannya.” Jawab Edo sambil tersenyum dan berjalan santai.

Terserahlah, hati-hati ya!. Nanti kalau kesasar tanya saja ke orang, di mana rumah bi sopiah!” Jelas sang bibi dengan nada agak khawatir.

Edo pun berjalan santai dan berniat untuk keliling desa. Tapi bukan untuk melihat atau mencari  tanaman bunga melainkan mencari bunga desa.

Setelah beberapa kali bertemu orang di jalan namun dia sama sekali tidak menemukan satu gadis pun di desa itu.

Edo terheran-heran karena di pagi secerah itu ia tak menemukan seorang gadis pun. Berbeda dengan di kota. Jangankan pagi, malam pun gadis-gadis banyak yang berkeliaran. Edo merasa kecewa dan menyesal tak bisa menemui satu gadis pun di desa itu.

Tau begini mending tidur saja tadi. Buang-buang waktu banget.”. Ujar Edo kecewa berat.

Edo akhirnya berbalik arah untuk pulang. Saat berbalik, Edo berpapasan dengan  motor  besar yang dikendarai oleh seorang laki-laki bertubuh tegap dan membonceng  seorang gadis cantik dibalut jilbab coklat. Mata gadis itu terlihat indah dengan hidungnya yang sedikit pesek namun kulitnya begitu putih dan  bersih tanpa make up, dan benar-benar khas seorang gadis desa.

Gadis desa itu pun tak sengaja melihat Edo berdiri di jalan, dan gadis itu memandang Edo dengan tatapan lembut lalu sedikit menganggukkan kepalanya, menandakan sedang menyapa Edo.

Saat melihat gadis itu menyapa, Edo hanya memikirkan satu hal. Yaitu betapa cantik sekali gadis berjilbab coklat itu. Edo pun hanya menga-nga melihat gadis desa yang pertama ia lihat di desa itu . Namun pandangan Edo terhenti ketika laki-laki yang membonceng gadis itu menoleh ke arah Edo.

Apakah itu suaminya?” Tanya Edo dalam hati. Dan tampak ia masih penasaran pada perempuan cantik itu.

Ia pun segera pulang untuk bertanya banyak hal kepada bibinya. Sambil berjalan pulang Edo terheran-haran dan tak pernah menyangka ia akan bertemu dengan gadis secantik itu. Tapi Edo juga penasaran siapakah laki-laki yang memboceng sang gadis cantik itu. Apakah laki-laki itu sumainya?

EPISODE 2 “PEMALUNYA SEORANG BUNGA DESA”

Sesampainya di depan rumah, Edo segera mencari sang bibi. Namun, belum juga mulai mencari, Edo malah dipanggil oleh bibinya yang berada di taman sekaligus kebun sayur di depan rumah bibi.

Edo,  puas nggak lihat bunga di sekitar desa?” tanya sang bibi sambil memetik cabe.

Nggak puas bi, justru sangat mengecewakan!” jawab  Edo sambil menghampiri sang bibi.

Loh kok mengecewakan sih, bukannya di desa bunganya bagus-bagus.” Ujar bibi sambil menatap Edo dengan wajah bingung.

Kalau soal bunga memang bagus, bi. Tapi kenapa, di desa ini nggak ada gadis sama sekali ya?” tanya Edo kepada bibinya

Loh sebenernya kamu mau lihat bunga atau mau melihat gadis desa?” Ujar bibi balik bertanya pada Edo. “Lagian kalau di desa, jam pagi seperti ini mah nggak bakal ada gadis main atau keluar rumah. Karena mereka sedang sibuk beres-beres rumah. Jadi gadis desa jangan kamu samain dengan gadis kota.” Jelas bibi pada Edo.

Tapi bi, aku tadi sempet di sapa sama gadis cantik di jalan! Cantikkk sekali gadis itu pakai jilbab, bibi tahu nggak namanya?” tanya Edo pada bibi dengan nada kepo.

Gimana bibi bisa tau namanya, di desa ini hampir semua gadis pake jilbab Edo, gadis berjilbab mana yang kamu maksud?” Tanya bibi sambil memasukan cabe yang baru dipetik ke dalam bungkusan yang terbuat dari koran bekas.

Gadis itu dibonceng laki-laki tegap pake motor gede, bi. Gak tahu deh, laki-laki itu kakak atau suaminya.” Ujar Edo dengan nada ragu.

Ooh, kalau gadis itu bibi tahu.” Ujar bibi sambil menganggukan kepalanya. “Laki-laki itu kakaknya, bukan suaminya. Memang gadis itu selalu dikawal terus oleh kakaknya.”  Ucap bibi memberitahu Edo. “Terus kenapa kamu tanya soal bunga desa itu? Atau kamu naksir ya sama gadis itu.” tanya bibi dengan nada menggoda.

Apaan sih bi, ngada-ngada aja.” Ujar Edo dengan malu-malu. “Tapi bi, memang beneran dia bunga desa di desa ini.” Tanya Edo dengan semangat.

Iya, dia gadis yang sangat baik, pintar, patuh pada orang tua, sholehah dan dia gadis paling cantik di antara gadis-gadis cantik di desa ini. Jadi pantas gelar itu diberikan kepadanya” Jelas bibi pada Edo yang mendengarkan dengan seksama dan seperti sedang menghayalkan sesuatu.

Tapi lebih baik kamu nggak usah mengharap gadis itu deh.” Saran bibi kepada Edo yang sedang melamun dan tak mendengar saran tersebut. “Heh, dibilangin malah ngelamun?” tegur sang bibi sambil tersenyum dan memecah lamunan Edo.

Bibi minta tolong, antarin cabe ini ke warung, kamu bisakan?” ucap sang bibi meminta tolong kepada Edo.

Oh… bisa bi!” jawab Edo dengan semangat.

Lokasi warungnya deket kok, kamu tinggal ikutin aja jalan yang kamu lewatin tadi. Ntar juga ketemu warungnya.” Ucap bibi memberi petunjuk kepada Edo sambil memberikan cabe yang sudah dibungkus rapi dan dimasukan dalam kantong plastik.

Edo pun mulai berjalan menuju ke warung, tapi berhenti dan menoleh ke arah sang bibi.

Boleh tahu nggak bi, rumah gadis itu dimana ya?” tanya Edo kepada sang bibi sambil menaik turunkan alisnya.

Entar setelah nganter cabenya bibi kasih tau.” Jawab bibi dengan santai sambil berjalan masuk ke rumah.

Edo akhirnya pergi menuju warung untuk mengantarkan cabe milik bibinya. Sesampainya di warung, terlihat tak ada satu orang pun di warung itu. Edo pun berusaha memanggil-manggil pemilik warung, namun tetap tak ada jawaban.

Edo pun menuju kerumah sang pemilik warung yang berada tepat di belakang warung. Saat Edo berdiri di depan teras terlihat di dalam rumah itu terdapat gadis yang bergelar bunga desa.

Ya, gadis itu adalah gadis yang sama yang ia temui tadi pagi. Terlihat gadis itu berpakaian rapi seperti seorang santri dari pesanten. Gadis itu sedang membaca sebuah buku dengan serius dan duduk di lantai.

Dari kejauhan Edo membaca cover buku yang sedang gadis itu baca. Buku itu berjudul “ISTRI YANG BAIK DAN SHOLEHAH”.

Setelah membaca judul buku itu Edo hanya menga-nga dan Edo terkagum-kagum melihat gadis itu, yang sudah belajar hal seperti itu. Berbeda sekali dengan gadis kota yang masih asik memikirkan kesenang.

Mas, nyari siapa ya?” tanya seorang lelaki yang berada di samping Edo dan mengalihkan perhatian Edo dari gadis itu.

Ooh.. mas, i..ini saya mengantar cabe dari Bu Sopiah.” Jawab Edo terbata-bata sambil memberikan bungkusan cabe kepada lelaki itu, yang tidak lain adalah kakak dari gadis cantik yang ia pandangi dari tadi.

Ow, Bu Sopiah ya, tunggu bentar ya mas. Saya timbang dulu cabenya, mas tunggu di depan warung saja!” ujar lelaki tegap itu sambil berjalan menuju warung.

Edo pun berjalan menuju ke depan warung dan meninggalkan gadis cantik itu. Saat Edo berjalan menuju warung, gadis itu berhenti membaca dan menaruh bukunya itu dilantai lalu meminum segelas teh hangat yang ada di sampingnya sambil melirik memperhatikan Edo.

Tak sengaja Edo menoleh ke arah gadis yang sedang memperhatikannya itu. Gadis itu pun malu, karena ketahuan sedang curi-curi pandang. Pipi gadis itu pun memerah menandakan ia benar-benar sedang merasa malu.

Gadis itu langsung meletakan gelasnya dan segera mengambil buku untuk melanjutkan membaca sekaligus untuk menutupi wajahnya yang memerah. Edo hanya tersenyum melihat tingkah gadis desa itu.

Edo pun pulang setelah menerima sejumlah uang dari kakak gadis cantik itu. Saat pulang dengan berjalan kaki, Edo tersenyum-senyum sendiri karena teringat tingkah gadis desa itu. Tapi ada satu hal yang menganggu pikiran Edo.

Ya, Edo belum mengetahui siapa nama gadis itu. Oleh karena itu Edo bergegas menuju rumah dan ingin segara menanyakan sesuatu hal lagi.

Tentu saja bukan bertanya tentang dimana rumah gadis itu, melainkan dia akan bertanya tentang siapa nama gadis desa itu.

Dan Edo juga berencana untuk mencari tahu tentang profil gadis itu di media sosial.

EPISODE TERAKHIR “KIRIMAN SANG GADIS DESA”

Sang bibi terlihat sedang memotong kacang panjang yang akan dijadikan menu makan nanti sore. Dengan memandang ke arah luar rumah, terlihat bibi sedang memperhatikan Edo berjalan masuk kehalaman rumah dengan wajah berseri-seri. Sang bibi pun hanya tersenyum dan sambil menggelengkan kepalanya.

Dasar anak muda.” Ucap sang bibi dalam hati.

Bagaimana do, warungnya ketemukan?” Tanya bibi pada Edo yang memasuki rumah.

Ah bibi bisa aja nih, bukannya ngasi tahu dari awal kalau gadis itu yang punya warung.” Ujar Edo sambil menahan senyumnya.

Nah, tapi sekarang sudah tahukan rumah gadis itu.” Ujar bibi dengan nada menggoda dan sambil menerima uang dari Edo.

Setelah Edo memberikan uang dari hasil jual cabe, Edo langsung duduk di dekat sang bibi untuk menanyankan sesuatu.

Bi, nama gadis itu siapa?” Tanya Edo dengan nada pelan seperti orang berbisik.

Loh, kenapa tadi nggak tanya sekalaian?” Ujar bibi balik bertanya.

Tadi yang nerima cabe kakaknya, jadi mana mungkin aku bertanya kepada kakaknya.” Ujar Edo dengan nada melas.

Berarti kamu gak ketemu dong dengan gadis itu?” Tanya bibi kepada Edo dengan ekspresi kaget.

Aku sih sempet lihat dia lagi baca buku di dalam rumah.”  Jawab Edo sambil tersenyum. “Eh, terus siapa dong namanya?” Tanya Edo dengan nada mengoda dan sambil menggoyangkan alisnya.

Namanya…siapa ya, kok bibi lupa ya.” Ujar sang bibi menggoda Edo.

Ayolah bi, jangan bikin penasaran?” ucap Edo yang sangat penasaran.

Udah lah lupain aja, ngapin sih nanyain nama di mulu.” Ujar bibi yang tersenyum kepada Edo.

Ayolah bi, plisss. Aku cuma ingin kenal doang!” Ujar Edo memohon pada sang bibi dengan muka melas dan terlihat imut dengan kumisnya yang tipis.

Namanya, Siti Auliya Safitri.” Jawab sang bibi dengan lembut. “Tapi kamu beneran cuma ingin kenal kan?” Tanya sang bibi pada Edo, namun Edo hanya mematung dan tak mendengar pertanyaan bibinya itu.

Setelah mendengar nama tersebut Edo hanya terdiam, dan ia merasa sangat damai mendengar nama itu.

ahh, kebiasaan nih Edo, kalau dibilangin malah ngelamun!” ujar sang bibi sambil meninggalkan Edo yang terdiam dan tersenyum aneh.

Nama tersebut terus berkeliaran dipikiran Edo tapi walaupun begitu Edo tetap mencatat nama tersebut. Karena nanti dia akan membutuhkannya untuk mencari tahu lebih lanjut tentang sang bunga desa.

Satu minggu Edo berlibur di rumah sang bibi. Dan selama satu minggu itu setelah ia kenal dengan sang bunga desa dia selalu lari pagi dan melewati rumah gadis cantik itu hanya untuk sekedar melihat sang gadis desa itu.

Dan sampai akhirnya Edo harus menyudahi liburannya dan kembali ke kota.

Sinyal adalah hal yang sangat ia rindukan.  Selain ingin bisa kembali aktif  bermedia sosial ia juga ingin segera mencari tahu tentang profil dari sang gadis desa di media sosial.

Di perjalanan pulang dan di dalam mobil Edo tertidur pulas. Saat ia sudah memasuki wilayah perkotaan, hp Edo bergetar terus menerus karena pemberitahuan dari media sosialnya yang datang secara bersamaan.

Edo pun terbagun dari tidurnya karena hpnya yang terus bergetar. Ia pun segera membuka hpnya itu, tapi dia tidak langsung membuka semua pemberitahuan dari media sosialnya. Melainkan ia segera mencari profil tentang sang bunga desa.

Di media sosial facebook ia mencari profil gadis itu. Edo sedikit khawatir jika gadis itu tak mempunyai akun facebook karena di desa itu sangat sulit sekali mendapatkan sinyal.

Beruntung sang Edo, ia berhasil menemukan profil sang gadis itu. Terlihat foto profil gadis itu hanyalah gambar kartun muslimah. Namun foto sampul dari akun facebook itu adalah foto keluarga dari gadis desa itu yang meyakinkan bahwa itu benar-benar akun dari sang gadis desa.

Edo pun segera melanjutkan pemeriksaan terhadap akun gadis cantik itu. Di halaman about, Edo mendapati hobi sang gadis yaitu membaca buku, Edo tak heran karena dia mengtahui sendiri saat gadis itu sedang melakukan hobinya.

Di halaman foto, Edo hanya menemukan beberapa foto saja. Tak ada foto selfi dari gadis itu. Yang ada hanya foto-foto waktu perpisahan sekolah gadis itu dari saat SD, SMP dan sampai SMA.

Tampaknya  akun facebook itu hanya untuk menyimpan kenangan-kenangan saja.

Lanjut di halaman kronologi.

Di halaman ini, Edo benar-benar dibuat menga-nga. Dan dia benar-benar kaget saat membaca halam kronologi sang bunga desa.

Saat Edo membaca kiriman terbaru dari gadis itu, Edo seperti terjatuh dan terlepas dari harapannya. Terlihat kiriman itu baru diterbitkan 3 hari yang lalu. Di kiriman tersebut terdapat sebuah foto yang seolah menjelaskan dan memberitahukan kepada Edo untuk segera melupakan sang bunga desa.

Ya, kiriman tersebut terdapat sebuah foto  yaitu foto undangan yang tertulis lengkap nama sang gadis desa. Tentu saja itu adalah uandangan pernikahan.

Karena di kiriman tersebut tertulis penjelasan dari sang gadis cantik itu.

“Mohon doanya teman-teman. Semoga pernikahan kami diberi keberkahan. Dan mohon doanya agar saya bisa menjadi istri yang baik dan sholehah”

Dari tulisan yang terdapat di kiriman tersebut, ada tulisan yang tak asing bagi Edo.

Tentu saja tulisan itu sama persis dengan yang ia baca di cover buku yang gadis desa itu baca.

Edo pun hanya menghela nafas dengan perasaan kecewa. Dan ia kembali menutup hpnya lalu lebih memilih kembali tidur. Walaupun perasaannya tersebut sangat mengganjal dihatinya.

Selesai

3 komentar untuk "Kebenaran Sang Gadis Desa"

  1. Yah terlambat deh, 😄

    Edo harusnya mungkin waktu di desa langsung ngajak kawin lari kali.

    Eh, tapi santriwati mah ngga mungkin kawin lari ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Asli saya gak pikiran kalo edo bakal diajak kawin lari. Nah itu, model modelnya seperti santriwati anti goyah goyah club

      Hapus
    2. Di Banten sini juga banyak santriwati yang cakep-cakep, Edo suruh kesini aja.😁

      Btw, sebenarnya kalo nyari jodoh itu kalo di desa agak gampang asal tahu jalannya. Misalnya ingin nyari istri, maka minta ortu ke pak kyai , nanti pak kyai yang punya pesantren itu akan memilihkan santriwati nya.

      Cuma pak kyai juga lihat kelakuannya sih, kalo anaknya baik tidak suka mabokan pasti gampang.

      Hapus